13 Sep 2011

CBM

DAFTAR ISI
Daftar Isi ................................................................................................... 1
1 Pengantar CBM ………………………………………………………. 2
1.1. Definisi CBM 2
1.2. Manfaat CBM 3
1.3. Pelaksanaan CBM di P3B JB 4
1.4. Perlunya pelaporan yang terukur (kuantitatif) 5
1.5. Peran Statistik dalam Pelaksanaan CBM 5
2 Penyajian dan Pengolahan Data Statistik …...………................. 7
2.1. Definisi Statistik 7
2.2. Perangkat Lunak Bantu Statistik 8
2.3. Penyajian data menggunakan statistika deskriptif 10
2.4. Pengolahan data untuk pengambilan keputusan 23
3 Distribusi Sample, Populasi dan Variasi Proses ....................... 27
3.1. Proses pembentukan distribusi populasi dari distribusi sampel 27
3.2. Fenomena variasi dari suatu proses 29
4 Peta Kendali (Control Chart) dan Outliers.................................. 31
5.1. Pengenalan Distribusi Normal dan Norma CBM 31
5.2. Definisi, manfaat dan penggunaan peta kendali (control chart) 37
5.3. Manfaat peta kendali dalam menentukan outlier secara statistik 38
5 Analisa Korelasi dan Regresi Linier........................................ 40
5.1 Korelasi antara 2 Variabel Data dan Analisa Interpretasinya 40
5.2 Analisa Regresi Linier 41
6 Alat Statistika untuk Kontrol Proses ....................................... 44
6.1 Diagram Pareto 44
6.2 Diagram Pencar 49
6.3 FMEA 55
Lembar Praktek ..................................................................................... 59

1. PENGANTAR CBM
1.1 Definisi CBM
PLN P3B JB memegang peranan penting dalam pengelolaan sistem ketanagalistrikan
di pulau Jawa, Bali dan Madura. Pengelolaan ini mencakup pengoperasian dan
pemeliharaan peralatan instalasi tegangan tinggi maupun tegangan ekstra tinggi.
Pemeliharaan yang dilakukan meliputi aktifitas pemeriksaan, pembersihan, pengujian,
perbaikan, dan penggantian yang bertujuan untuk menjaga agar peralatan instalasi
dapat bekerja sesuai dengan fungsinya.
Dalam hal pemeliharaan, ada tiga metoda pemeliharaan yang dikenal, yaitu :
a. Time Based Maintenance (TBM)
Pemeliharaan ini dilaksanakan secara rutin berdasarkan waktu, misalnya
harian, mingguan, bulanan atau tahunan.
b. Condition Based Maintenance (CBM)
Metode pemeliharaan ini dilaksanakan berdasarkan kondisi peralatan,
misalnya berdasarkan statistik hasil pemeriksaan atau pemeliharaan
sebelumnya.
c. Corrective Maintenance
Metode pemeliharaan ini dilaksanakan jika terjadi kerusakan pada peralatan
atau part dari peralatan instalasi tersebut.
Pada saat ini PLN P3B JB sedang berupaya untuk mengadopsi ketiga metode
pemeliharaan di atas. Metode pemeliharaan yang diterapkan sebelumnya adalah TBM
dan Corrective Maintenance dengan persentase masing-masing 80% dan 20%. Kondisi
sekarang PLN P3B JB menargetkan aplikasi metode pemeliharaan dengan porsi 40%
untuk TBM, 50% untuk CBM dan 10% untuk Corrective Maintenance. Dengan kondisi
seperti ini berarti aktifitas pemeliharaan yang bersifat Time Based dikurangi porsinya ke
arah Condition Based. Dengan demikian diterapkannya CBM bukan berarti meniadakan
TBM, namun hanya persentasenya yang dikurangi seperti ditunjukkan pada Gambar
1.1
»» baca lanjutannya.....

11 Sep 2011

Gas Circuit Breaker

GCB atau familiar disebut dengan Gas Circuit Breaker. Peralatan pemutus tenaga yang terpasang pada GIS Tambak Lorok Blok II ini berfungsi sebagai CB untuk Power Plant-Substation. CB ini mempunyai frekuentif kerja dalam 1 hari melaksanakan 4 kali switching.

Ada tiga hal yang perlu diketahui dari trouble shooting suatu CB :

1. Function

2. Places

3. Character

1. Function
lifetime suatu CB yang dapat ditentukan dari peralatan tersebut digunakan. Perlu diketahui, typical suatu Substation yang mana terdiri atas Power Plant Substation dan Distributed Substation

· Power Plant Substation
perlu diketahui bahwa, jika Garu Induk tersebut difungsikan sebagai Gardu Pembangkit, maka frekuentif switching akan sangat tinggi. Oleh karena itu pula, kerentanan akan Mechanical Fatiqhue ( kelelahan mekanik ) dari materi penyusun peralatan, khususnya CB akan semakin cepat.

2. Places
Perlu diketahui bahwa posisi geografis suatu Substation sangat mempengaruhi kondisi lifetime peralatan. Kita ambil contoh, di daerah pantai atau di daerah pegunungan belerang (sulfure).
Di kedua daerah itu mengandung dua macam zat yang bersifat merusak, yaitu korosif karena air garam dan korosif karena belerang. Korosif migration dapat menimbulkan kerusakan yang semakin meluas karena dengan media udara, materi korosif akan menyebar dan mempengaruhi bagian lainnya.
Hal demikian dapat mempengaruhi kontak kerja dari pada peralatan proteksi. Oleh karena itu, perlu diperhatikan adanya maintanance khusus bagi substation yang tempatnya di daerah garam dan belerang.

3. Characteristic
Setiap pabrikan pasti menyediakan weakness point dari peralatan tersebut. Untuk lebih mudahnya, kita dapat memperkirakan, di bagian mana peralatan dengan spesifikasi sedemikian rupa akan mengalami kerusakan pada awal mula.

Laporan Hasil Kegiatan Kunjungan di PT JAEPSI

1. Selasa, 22 Desember 2010

a. Membuka cover dan melepas enclosure (tabung) GCB

b. Membuka cover spacer untuk CT Upper dan Lower

c. Melepas konduktor spacer untuk fix dari konduktor tulip

d. Melepas shield fix side dan shield moving side

shield kecil : pelindung antara insulator fix dengan fix contact

shield besar : pelindung antara insulator fix dengan conductor moving

insulator fix / stationary yang dimaksud adalah interrupter insulator, karena di dalamnya berisikan moving dan fixed contact

e. Melepas fixed contact dari moving

f. Melepas moving contact dari insulator moving , lepas pin pejal dengan diameter 5 cm yang mengunci antara air rod dengan conductor moving contact

sebelum melepas pin pejal, tandai terlebih dahulu tinggi conductor moving dari batas conductor moving dan insulator moving

selanjutnya, mengukur mekanik kontrol bagian bawah. Mekanik As link utama dengan dinding sisi kanan (dekat dengan kontrol mekanik-magnetik)

mainkan CB yang tadinya Open untuk dirubah ke posisi Close. Perhatikan posisi perubahan kenaikan dari pada moving contact dengan cara memainkan As Spiral yang difungsikan sebagai Locking Key di tempat control-magnetic mechanisme

ukur ketinggianya dan ukut juga jarak main atau perubahan pergeseran dari pada Link As Utama (As Main Lever).

g. Melepas konduktor moving contact dengan melepas pin yang terhubung dengan air rod fiber.

h. Setelah melepas konduktor moving, pisahkan insulator moving dari enclosure dasar/support.

i. Air rod bisa dilepas dengan memisahkan pin-pin yang terhubung dengan lever R-S-T yang ada di dalam enclosure supprt.

2. Rabu, 23 Desember 2010
( mechanic control)

a. Melepas cover yang menutup As Link main lever (ada Gotri sebagai bantalan)

b. Melepas As pin main lever dari link-link penghubung dashpot dengan control-mechanic magnetic (sisi kiri-kanan), ada lapisan Locktite sebagai pengunci antara ulir, sehingga perlu dipanasi dulu sewaktu akan melepas baut penguncinya.Jarak As main lever dengan dinding dashpot adalah 417 mm, sedangkan jarak As main lever dengan dinding kontrol magnetik mekanism adalah 287 mm, sehingga jarak main As lever tama adalah 130 mm

c. Melepas tabung –spring

d. Melepas link penghubung

e. Melepas dash pot

f. Melepas control mechanic-magnetic (baut dinding plat dibuka dulu)

g. Melepas main As Lever/pengungkit, dengan memisahkan measing-masing lever R-S-T yang ada di dalamnya.

h. Melepas enclosure supprt

i. Melepas Air Tank dari support

3. Kamis, 24 Desember 2010 (painting edition)

a. Memastikan bahwa peralatan yang telah dibongkar dapt diketahui kondisi kerusakanya dengan disertai dokumentasi berupa photo-photo peralatan yang terlampir.

b. Tabung enclosure GCB dan cover dibawa ke painting factory dengan cara yang telah dipaparkan sebagaimana pengecatan yang terlebih dahulu body dibersihkan untuk mengetahui bagian yang cacat agar dipastikan apakah perlu diambil tindakan repairing body yang telah tidak lagi sempurna, kondisi pelaksanaan painting dengan pertimbangan hummidity maximum 75 %. Hal ini ditujukan untuk mendapatkan hasil pengeringan yang sempurna dan agar tidak menghasilkan gelembung udara manakala body tabung sudah kering dan cat bagian dalam tabung tidak rusak sewaktu Gas akan divaccuum.

c. Penjelasan singkat mengenai trouble shotting masing desain GIS sesuai pabrikan yang teloah dipaprkan sebelumnya, sehingga user dapat memperkirakan kerusakan yang dapat diminimalisir dengan tindakan preventive dan maintanance guna menambah lifetime peralatan.

4. Senin, 27 Desember 2010 (check list)

a. Labelisasi data item peralatan yang perlu diganti ataupun yang harus diganti.

b. Membongkar bagian Fix Contact, yang terdiri atas :

Mata stationary contact

Spring washer atas dan bawah

Segmen

5. Kamis, 30 Desember 2010 (finally check)

a. Memastikan bagian peralatan yang sudah di cleaning

finally check bagian – bagian peralatan yang masih bisa dipakai dan kombinasi dengan bagian peralatan GCB Ex-5A15 yang meledak tahun 1996.

Kesimpulan
dengan melihat uraian di atas, kita sebagai pemilik aset sudah sepatutnya memahami karakteristik peralatan sehingga dapat diambil tindakan pencegahan atas bahaya yang semakin fatal.

Demikian laporan berikut kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua dan untuk rekan Har UPT Semarang semakin berpengalaman dalam menangani gangguan demi terus beroperasinya peralatan demi continous transmission for electrically power energy..


»» baca lanjutannya.....

Annunciator Circuit

»» baca lanjutannya.....

Annunciator Circuit

»» baca lanjutannya.....

protection Circuit

»» baca lanjutannya.....

Protection Circuit

»» baca lanjutannya.....

CB Closing - Tripping

»» baca lanjutannya.....

DS Closing & Opening

»» baca lanjutannya.....

DC Distribution

»» baca lanjutannya.....

Three Line Diagram.2

»» baca lanjutannya.....

Three Line Diagram.1

»» baca lanjutannya.....

RP dan CP Principal Diagram 150 KV TR Feeder

»» baca lanjutannya.....

21 Apr 2011

Power Transformer









»» baca lanjutannya.....

Konsep Dasar Gardu Induk

I.1 Pengertian Umum


Gardu Induk merupakan sub sistem dari sistem penyaluran (transmisi) tenaga listrik, atau merupakan satu kesatuan dari sistem penyaluran (transmisi).


Penyaluran (transmisi) merupakan sub sistem dari sistem tenaga listrik.


Berarti, gardu induk merupakan sub-sub sistem dari sistem tenaga listrik.


Sebagai sub sistem dari sistem penyaluran (transmisi), gardu induk mempunyai peranan penting, dalam pengoperasiannya tidak dapat dipisahkan dari sistem penyaluran (transmisi) secara keseluruhan.


Dalam pembahasan ini difokuskan pada masalah gardu induk yang pada umumnya terpasang di Indonesia, pembahasannya bersifat praktis (terapan) sesuai konsttruksi yang terpasang di lapangan.

I.2 Fungsi Gardu Induk

Mentransformasikan daya listrik :

  • Dari tegangan ekstra tinggi ke tegangan tinggi (500 KV/150 KV).
  • Dari tegangan tinggi ke tegangan yang lebih rendah (150 KV/ 70 KV).
  • Dari tegangan tinggi ke tegangan menengah (150 KV/ 20 KV, 70 KV/20 KV).
  • Dengan frequensi tetap (di Indonesia 50 Hertz).

Untuk pengukuran, pengawasan operasi serta pengamanan dari sistem tenaga listrik.


Pengaturan pelayanan beban ke gardu induk-gardu induk lain melalui tegangan tinggi dan ke gardu distribusi-gardu distribusi, setelah melalui proses penurunan tegangan melalui penyulang-penyulang (feeder- feeder) tegangan menengah yang ada di gardu induk.


Untuk sarana telekomunikasi (pada umumnya untuk internal PLN), yang kita kenal dengan istilah SCADA.


I.3 Jenis Gardu Induk


Jenis Gardu Induk bisa dibedakan menjadi beberapa bagian yaitu :

  • Berdasarkan besaran tegangannya.
  • Berdasarkan pemasangan peralatan
  • Berdasarkan fungsinya.
  • Berdasarkan isolasi yang digunakan.
  • Bedasarkan sistem (busbar).

Dilihat dari jenis komponen yang digunakan, secara umum antara GITET dengan GI mempunyai banyak kesamaan. Perbedaan mendasar adalah :

  • Pada GITET transformator daya yang digunakan berupa 3 buah tranformator daya masing – masing 1 phasa (bank tranformer) dan dilengkapi peralatan rekator yang berfungsi mengkompensasikan daya rekatif jaringan.
  • Sedangkan pada GI (150 KV, 70 KV) menggunakan Transformator daya 3 phasa dan tidak ada peralatan reaktor.

Berdasarkan besaran tegangannya, terdiri dari :

  • Gardu INduk Tegangan Ekstra Tinggi (GITET) 275 KV, 500 KV.
  • Gardu Induk Tegangan Tinggi (GI) 150 KV dan 70 KV.


I.3.1 Berdasarkan Pemasangan Peralatan


Gardu Induk Pasangan Luar :

  • Adalah gardu induk yang sebagian besar komponennya di tempatkan di luar gedung, kecuali komponen kontrol, sistem proteksi dan sistem kendali serta komponen bantu lainnya, ada di dalam gedung.
  • Gardu Induk semacam ini biasa disebut dengan gardu induk konvensional.
  • Sebagian besar gardu induk di Indonesia adalah gardu induk konvensional.
  • Untuk daerah-daerah yang padat pemukiman dan di kota-kota besar di Pulau Jawa, sebagian menggunakan gardu induk pasangan dalam, yang disebut Gas Insulated Substation atau Gas Insulated Switchgear (GIS).


Gardu Induk Pasangan Dalam :

  • Adalah gardu induk yang hampir semua komponennya (switchgear, busbar, isolator, komponen kontrol, komponen kendali, cubicle, dan lain-lain) dipasang di dalam gedung. Kecuali transformator daya, pada umumnya dipasang di luar gedung.
  • Gardu Induk semacam ini biasa disebut Gas Insutaled Substation (GIS).
  • GIS merupakan bentuk pengembangan gardu induk, yang pada umumnya dibangun di daerah perkotaan atau padat pemukiman yang sulit untuk mendapatkan lahan.

Lanjutan I.3.1

Beberapa keuanggulan GIS dibanding GI konvensional :

  1. Hanya membutuhkan lahan seluas ± 3.000 meter persegi atau ± 6 % dari luas lahan GI konvensional.
  2. Mampu menghasilkan kapasitas daya (power capasity) sebesar 3 x 60 MVA bahkan bisa ditingkatkan sampai dengan 3 x 100 MVA.
  3. Jumlah penyulang keluaran (output feeder) sebanyak 24 penyulang (feeder) dengan tegangan kerja masing-masing 20 KV.
  4. Bisa dipasang di tengah kota yang padat pemukiman.
  5. Keunggulan dari segi estetika dan arsitektural, karena bangunan bisa didesain sesuai kondisi disekitarnya.


Gardu Induk kombinasi pasangan luar dan pasangan dalam :

  • Adalah gardu induk yang komponen switchgear-nya ditempatkan di dalam gedung dan sebagian komponen switchgear ditempatkan di luar gedung, misalnya gantry (tie line) dan saluran udara tegangan tinggi (SUTT) sebelum masuk ke dalam switchgear. Transformator daya juga ditempatkan di luar gedung.

I.3.2 Berdasarkan Fungsinya


Gardu Induk Penaik Tegangan :

  • Adalah gardu induk yang berfungsi untuk menaikkan tegangan, yaitu tegangan pembangkit (generator) dinaikkan menjadi tegangan sistem.
  • Gardu Induk ini berada di lokasi pembangkit tenaga listrik.
  • Karena output voltage yang dihasilkan pembangkit listrik kecil dan harus disalurkan pada jarak yang jauh, maka dengan pertimbangan efisiensi, tegangannya dinaikkan menjadi tegangan ekstra tinggi atau tegangan tinggi.

Gardu Induk Penurun Tegangan :

  • Adalah gardu induk yang berfungsi untuk menurunkan tegangan, dari tegangan tinggi menjadi tegangan tinggi yang lebih rendah dan menengah atau tegangan distribusi.
  • Gardu Induk terletak di daerah pusat-pusat beban, karena di gardu induk inilah pelanggan (beban) dilayani.

Gardu Induk Pengatur Tegangan :

  • Pada umumnya gardu induk jenis ini terletak jauh dari pembangkit tenaga listrik.
  • Karena listrik disalurkan sangat jauh, maka terjadi tegangan jatuh (voltage drop) transmisi yang cukup besar.
  • Oleh karena diperlukan alat penaik tegangan, seperti bank capasitor, sehingga tegangan kembali dalam keadaan normal.

Lanjutan I.3.2

Gardu Induk Pengatur Beban :

  1. Berfungsi untuk mengatur beban.
  2. Pada gardu induk ini terpasang beban motor, yang pada saat tertentu menjadi pembangkit tenaga listrik, motor berubah menjadi generator dan suatu saat generator menjadi motor atau menjadi beban, dengan generator berubah menjadi motor yang memompakan air kembali ke kolam utama.

Gardu Induk Distribusi :

  1. Gardu induk yang menyalurkan tenaga listrik dari tegangan sistem ke tegangan distribusi.
  2. Gardu induk ini terletak di dekat pusat-pusat beban.


I.3.3 Berdasarkan Isolasi Yang digunakan


Gardu Induk yang menggunakan isolasi udara :

  • Adalah gardu induk yang menggunakan isolasi udara antara bagian yang bertegangan yang satu dengan bagian yang bertegangan lainnya.
  • Gardu Induk ini berupa gardu induk konvensional (lihat gambar 1), memerlukan tempat terbuka yang cukup luas.

Gambar 1 : Gardu induk konvensional

Lanjutan 1.3.3.


Gardu Induk yang menggunakan isolasi gas SF 6 :

Gardu induk yang menggunakan gas SF 6 sebagai isolasi antara bagian yang bertegangan yang satu dengan bagian lain yang bertegangan, maupun antara bagian yang bertegangan dengan bagian yang tidak bertegangan.

Gardu induk ini disebut Gas Insulated Substation atau Gas Insulated Switchgear (GIS), yang memerlukan tempat yang sempit

Gambar 2 : Gas Insulated Substation (GIS)



1.3.4. BERDASARKAN SISTEM REL (BUSBAR)


Rel (busbar) merupakan titik hubungan pertemuan (connecting) antara transformator daya, SUTT/ SKTT dengan komponen listrik lainnya, untuk menerima dan menyalurkan tenaga listrik. Berdasarkan sistem rel (busbar), gardu induk dibagi menjadi beberapa jenis, sebagaimana tersebut di bawah ini :

  • Gardu Induk sistem ring busbar :
  1. Adalah gardu induk yang busbarnya berbentuk ring.
  2. Pada gardu induk jenis ini, semua rel (busbar) yang ada, tersambung (terhubung) satu dengan lainnya dan membentuk ring (cincin).
  • Gardu Induk sistem single busbar :
  1. Adalah gardu induk yang mempunyai satu (single) busbar.
  2. Pada umumnya gardu dengan sistem ini adalah gardu induk yang berada pada ujung (akhir) dari suatu sistem transmisi. Single line diagram gardu sistem single busbar, lihat gambar 3.

Lanjutan 1.3.4

Gambar 3 : Single line diagram gardu induk single busbar .


Gardu Induk sistem double busbar :

  • Adalah gardu induk yang mempunyai dua (double) busbar.
  • Gardu induk sistem double busbar sangat efektif untuk mengurangi terjadinya pemadaman beban, khususnya pada saat melakukan perubahan sistem (manuver sistem).
  • Jenis gardu induk ini pada umumnya yang banyak digunakan.Single line diagram gardu induk sistem double busbar, lihat gambar 4.

Gambar 4 : Single line diagram gardu induk sistem double busbar.


Gardu Induk sistem satu setengah (on half) busbar :

  • Adalah gardu induk yang mempunyai dua (double) busbar.
  • Pada umumnya gardu induk jenis ini dipasang pada gardu induk di pembangkit tenaga listrik atau gardu induk yang berkapasitas besar.
  • Dalam segi operasional, gardu induk ini sangat efektif, karena dapat mengurangi pemadaman beban pada saat dilakukan perubahan sistem (manuver system).
  • Sistem ini menggunakan 3 buah PMT dalam satu diagonal yang terpasang secara deret (seri). Single line diagram, lihat gambar 5.

Gambar 5 : Single line diagram gardu induk satu setengah busbar



1.4. PERTIMBANGAN PEMBANGUNAN GARDU INDUK

  1. Kebutuhan (Demand) beban yang semakin meningkat, mendekati bahkan melebihi kemampuan GI yang ada.
  2. Jika kondisi GI eksisting masih memungkinkan, biasanya cukup dilakukan up- rating atau menaikkan kapasitas GI yang ada, misalnya dengan melakukan penggantian dan penambahan transformator daya.
  3. Adanya perluasan daerah/ wilayah atau adanya daerah/ wilayah baru, yang pasti membutuhkan ketersediaan/ pasokan daya listrik cukup besar.
  4. Adanya pembangunan infra struktur bagi kawasan industri (industrial estate).
  5. Proyeksi kebutuhan daya listrik untuk jangka waktu tertentu, sehingga perlu disiapkan gardu induk baru atau perluasan gardu induk.
  6. Adanya pengembangan sistem tenaga listrik secara terpadu, misalnya pembangunan pembangkit listrik - pembangkit listrik baru, sehingga dilakukan perluasan sistem penyaluran (transmisi), tentunya dibarengi dengan pembangunan GI-GI baru atau perluasan.


1.5. GAS INSULATED SUBSTATION (GIS)

  • Secara prinsip peralatan yang dipasang pada GIS sama dengan peralatan yang dipakai GI Konvensional.
  • Perbedaannya adalah :
  1. Pada GIS peralatan-peralatan utamanya berada dalam suatu selubung logam tertutup rapat, yang di dalamnya berisi gas bertekanan, yaitu gas SF 6 (Sulphur Hexafluorida).
  2. Gas SF 6 berfungsi sebagai isolasi switchgear dan sebagai pemadam busur api pada operasi Circuit Breaker (CB).
  3. Dengan demikian cara pemasangan GIS berbeda dengan GI Konvensional.
  • Pengembangan GIS :
  1. Pada mulanya GIS didesain dengan sistem selubung phasa tunggal.
  2. Dengan semakin majunya teknologi kelistrikan, maka saat ini sebagian besar GIS memakai desain selubung tiga phasa dimasukkan dalam satu selubung.
  • Keuntungan sistem selubung tiga phasa adalah : lebih murah, lebih ringan, lebih praktis dan pemasangannya lebih mudah, meminimalkan kemungkinan terjadinya kebocoran gas dan lebih sederhana susunan isolasinya.

Lanjutan 1.5.

Pertimbangan penggunaan gas SF 6 dalam GIS, adalah :

Kekuatan dielektrik tinggi, yaitu pada tekanan udara normal sebesar 2,5 kali dielektrik udara.

Tidak mudah terbakar dan tidak berbau.

Tidak beracun dan tidak berwarna.

Mengikuti hukum gas-gas pada umumnya.

Berat molekul 146 (udara 29).

Kepekaan ± 6 kg/m3 pada 0,1 MFA dan 100 C.

GIS-GIS yang terpasang di Indonesia, adalah GIS 150 KV :

Dipasang di kota-kota besar dan terbatas hanya di Pulau Jawa.

Sistem penyaluran (transmisi) menggunakan kabel tanah (SKTT).

Hampir semua komponen GIS terpasang (ditempatkan) dalam gedung, kecuali transformator tenaga, pada umumnya dipasang (ditempatkan) di luar gedung.

Komponen listrik pada GIS merupakan suatu kesatuan yang sudah berwujud rigid (kompak). Untuk pemasangannya tinggal meletakkan di atas pondasi.

»» baca lanjutannya.....