switchyard
Electrical Engineering
15 Mei 2014
3 Nov 2013
1 Agu 2012
13 Sep 2011
CBM
Daftar Isi ................................................................................................... 1
1 Pengantar CBM ………………………………………………………. 2
1.1. Definisi CBM 2
1.2. Manfaat CBM 3
1.3. Pelaksanaan CBM di P3B JB 4
1.4. Perlunya pelaporan yang terukur (kuantitatif) 5
1.5. Peran Statistik dalam Pelaksanaan CBM 5
2 Penyajian dan Pengolahan Data Statistik …...………................. 7
2.1. Definisi Statistik 7
2.2. Perangkat Lunak Bantu Statistik 8
2.3. Penyajian data menggunakan statistika deskriptif 10
2.4. Pengolahan data untuk pengambilan keputusan 23
3 Distribusi Sample, Populasi dan Variasi Proses ....................... 27
3.1. Proses pembentukan distribusi populasi dari distribusi sampel 27
3.2. Fenomena variasi dari suatu proses 29
4 Peta Kendali (Control Chart) dan Outliers.................................. 31
5.1. Pengenalan Distribusi Normal dan Norma CBM 31
5.2. Definisi, manfaat dan penggunaan peta kendali (control chart) 37
5.3. Manfaat peta kendali dalam menentukan outlier secara statistik 38
5 Analisa Korelasi dan Regresi Linier........................................ 40
5.1 Korelasi antara 2 Variabel Data dan Analisa Interpretasinya 40
5.2 Analisa Regresi Linier 41
6 Alat Statistika untuk Kontrol Proses ....................................... 44
6.1 Diagram Pareto 44
6.2 Diagram Pencar 49
6.3 FMEA 55
Lembar Praktek ..................................................................................... 59
1. PENGANTAR CBM
1.1 Definisi CBM
PLN P3B JB memegang peranan penting dalam pengelolaan sistem ketanagalistrikan
di pulau Jawa, Bali dan Madura. Pengelolaan ini mencakup pengoperasian dan
pemeliharaan peralatan instalasi tegangan tinggi maupun tegangan ekstra tinggi.
Pemeliharaan yang dilakukan meliputi aktifitas pemeriksaan, pembersihan, pengujian,
perbaikan, dan penggantian yang bertujuan untuk menjaga agar peralatan instalasi
dapat bekerja sesuai dengan fungsinya.
Dalam hal pemeliharaan, ada tiga metoda pemeliharaan yang dikenal, yaitu :
a. Time Based Maintenance (TBM)
Pemeliharaan ini dilaksanakan secara rutin berdasarkan waktu, misalnya
harian, mingguan, bulanan atau tahunan.
b. Condition Based Maintenance (CBM)
Metode pemeliharaan ini dilaksanakan berdasarkan kondisi peralatan,
misalnya berdasarkan statistik hasil pemeriksaan atau pemeliharaan
sebelumnya.
c. Corrective Maintenance
Metode pemeliharaan ini dilaksanakan jika terjadi kerusakan pada peralatan
atau part dari peralatan instalasi tersebut.
Pada saat ini PLN P3B JB sedang berupaya untuk mengadopsi ketiga metode
pemeliharaan di atas. Metode pemeliharaan yang diterapkan sebelumnya adalah TBM
dan Corrective Maintenance dengan persentase masing-masing 80% dan 20%. Kondisi
sekarang PLN P3B JB menargetkan aplikasi metode pemeliharaan dengan porsi 40%
untuk TBM, 50% untuk CBM dan 10% untuk Corrective Maintenance. Dengan kondisi
seperti ini berarti aktifitas pemeliharaan yang bersifat Time Based dikurangi porsinya ke
arah Condition Based. Dengan demikian diterapkannya CBM bukan berarti meniadakan
TBM, namun hanya persentasenya yang dikurangi seperti ditunjukkan pada Gambar
1.1
11 Sep 2011
Gas Circuit Breaker
GCB atau familiar disebut dengan Gas Circuit Breaker. Peralatan pemutus tenaga yang terpasang pada GIS Tambak Lorok Blok II ini berfungsi sebagai CB untuk Power Plant-Substation. CB ini mempunyai frekuentif kerja dalam 1 hari melaksanakan 4 kali switching.
Ada tiga hal yang perlu diketahui dari trouble shooting suatu CB :
1. Function
2. Places
3. Character
1. Function
lifetime suatu CB yang dapat ditentukan dari peralatan tersebut digunakan. Perlu diketahui, typical suatu Substation yang mana terdiri atas Power Plant Substation dan Distributed Substation
· Power Plant Substation
perlu diketahui bahwa, jika Garu Induk tersebut difungsikan sebagai Gardu Pembangkit, maka frekuentif switching akan sangat tinggi. Oleh karena itu pula, kerentanan akan Mechanical Fatiqhue ( kelelahan mekanik ) dari materi penyusun peralatan, khususnya CB akan semakin cepat.
2. Places
Perlu diketahui bahwa posisi geografis suatu Substation sangat mempengaruhi kondisi lifetime peralatan. Kita ambil contoh, di daerah pantai atau di daerah pegunungan belerang (sulfure).
Di kedua daerah itu mengandung dua macam zat yang bersifat merusak, yaitu korosif karena air garam dan korosif karena belerang. Korosif migration dapat menimbulkan kerusakan yang semakin meluas karena dengan media udara, materi korosif akan menyebar dan mempengaruhi bagian lainnya.
Hal demikian dapat mempengaruhi kontak kerja dari pada peralatan proteksi. Oleh karena itu, perlu diperhatikan adanya maintanance khusus bagi substation yang tempatnya di daerah garam dan belerang.
3. Characteristic
Setiap pabrikan pasti menyediakan weakness point dari peralatan tersebut. Untuk lebih mudahnya, kita dapat memperkirakan, di bagian mana peralatan dengan spesifikasi sedemikian rupa akan mengalami kerusakan pada awal mula.
Laporan Hasil Kegiatan Kunjungan di PT JAEPSI
1. Selasa, 22 Desember 2010
a. Membuka cover dan melepas enclosure (tabung) GCB
b. Membuka cover spacer untuk CT Upper dan Lower
c. Melepas konduktor spacer untuk fix dari konduktor tulip
d. Melepas shield fix side dan shield moving side
shield kecil : pelindung antara insulator fix dengan fix contact
shield besar : pelindung antara insulator fix dengan conductor moving
insulator fix / stationary yang dimaksud adalah interrupter insulator, karena di dalamnya berisikan moving dan fixed contact
e. Melepas fixed contact dari moving
f. Melepas moving contact dari insulator moving , lepas pin pejal dengan diameter 5 cm yang mengunci antara air rod dengan conductor moving contact
sebelum melepas pin pejal, tandai terlebih dahulu tinggi conductor moving dari batas conductor moving dan insulator moving
selanjutnya, mengukur mekanik kontrol bagian bawah. Mekanik As link utama dengan dinding sisi kanan (dekat dengan kontrol mekanik-magnetik)
mainkan CB yang tadinya Open untuk dirubah ke posisi Close. Perhatikan posisi perubahan kenaikan dari pada moving contact dengan cara memainkan As Spiral yang difungsikan sebagai Locking Key di tempat control-magnetic mechanisme
ukur ketinggianya dan ukut juga jarak main atau perubahan pergeseran dari pada Link As Utama (As Main Lever).
g. Melepas konduktor moving contact dengan melepas pin yang terhubung dengan air rod fiber.
h. Setelah melepas konduktor moving, pisahkan insulator moving dari enclosure dasar/support.
i. Air rod bisa dilepas dengan memisahkan pin-pin yang terhubung dengan lever R-S-T yang ada di dalam enclosure supprt.
2. Rabu, 23 Desember 2010
( mechanic control)
a. Melepas cover yang menutup As Link main lever (ada Gotri sebagai bantalan)
b. Melepas As pin main lever dari link-link penghubung dashpot dengan control-mechanic magnetic (sisi kiri-kanan), ada lapisan Locktite sebagai pengunci antara ulir, sehingga perlu dipanasi dulu sewaktu akan melepas baut penguncinya.Jarak As main lever dengan dinding dashpot adalah 417 mm, sedangkan jarak As main lever dengan dinding kontrol magnetik mekanism adalah 287 mm, sehingga jarak main As lever tama adalah 130 mm
c. Melepas tabung –spring
d. Melepas link penghubung
e. Melepas dash pot
f. Melepas control mechanic-magnetic (baut dinding plat dibuka dulu)
g. Melepas main As Lever/pengungkit, dengan memisahkan measing-masing lever R-S-T yang ada di dalamnya.
h. Melepas enclosure supprt
i. Melepas Air Tank dari support
3. Kamis, 24 Desember 2010 (painting edition)
a. Memastikan bahwa peralatan yang telah dibongkar dapt diketahui kondisi kerusakanya dengan disertai dokumentasi berupa photo-photo peralatan yang terlampir.
b. Tabung enclosure GCB dan cover dibawa ke painting factory dengan cara yang telah dipaparkan sebagaimana pengecatan yang terlebih dahulu body dibersihkan untuk mengetahui bagian yang cacat agar dipastikan apakah perlu diambil tindakan repairing body yang telah tidak lagi sempurna, kondisi pelaksanaan painting dengan pertimbangan hummidity maximum 75 %. Hal ini ditujukan untuk mendapatkan hasil pengeringan yang sempurna dan agar tidak menghasilkan gelembung udara manakala body tabung sudah kering dan cat bagian dalam tabung tidak rusak sewaktu Gas akan divaccuum.
c. Penjelasan singkat mengenai trouble shotting masing desain GIS sesuai pabrikan yang teloah dipaprkan sebelumnya, sehingga user dapat memperkirakan kerusakan yang dapat diminimalisir dengan tindakan preventive dan maintanance guna menambah lifetime peralatan.
4. Senin, 27 Desember 2010 (check list)
a. Labelisasi data item peralatan yang perlu diganti ataupun yang harus diganti.
b. Membongkar bagian Fix Contact, yang terdiri atas :
Mata stationary contact
Spring washer atas dan bawah
Segmen
5. Kamis, 30 Desember 2010 (finally check)
a. Memastikan bagian peralatan yang sudah di cleaning
finally check bagian – bagian peralatan yang masih bisa dipakai dan kombinasi dengan bagian peralatan GCB Ex-5A15 yang meledak tahun 1996.
Kesimpulan
dengan melihat uraian di atas, kita sebagai pemilik aset sudah sepatutnya memahami karakteristik peralatan sehingga dapat diambil tindakan pencegahan atas bahaya yang semakin fatal.
Demikian laporan berikut kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua dan untuk rekan Har UPT Semarang semakin berpengalaman dalam menangani gangguan demi terus beroperasinya peralatan demi continous transmission for electrically power energy..